“pak tua
dan keringatnya”
Fajar
terbit bersama asa di pagi itu, ketika umur dipacu waktu pak tua masi saja
nampak kokoh dengan segala beban yang iya tarik disetiap paginya. Ia tak lebih
dari petugas kebersihan komplek yang sangat congkak namun ramah bila menyapanya,
kantong demi kantong ia hampiri agar gerobaknya terisi penuh oleh rezekinya,
berlpiskan selang bekas yang di selempangkan dipundak ia nampak mensukuri
nikmat yang diberikan illahi, batinku terusik melihat pemandangan seperti itu,
apakah sang buah hati tak lagi ingat kepada sosok ayah yang seperti ini?
Entahlah. Sang fajar mulai merangkak menuju dhuha , tampak dari kejauhan
gerobak sampah pak tua mulai penuh terisi rezekinya, segera ia bergegas membawa
sampah ketempat pembuangan akhir di komplek tersebut, suatu ketika ia tersengal
ketika hendak melintas di jembatan hampir rusak karna sedang diperbaiki, sekuat
tenaga ia melawan cobaan hari itu, tetap saja hanya keringat yang menetes
melebih besar tenaga pak tua tersebut. Dengus nafas bagai kereta melaju cepat,
tetap saja ia tak sanggup mengakhiri asanya. Tak sengaja kumelintas didepan pak
tua yang sedang duduk menatap gerobaknya penuh harap, sekejap ingat sesosok
ayah dirumah, seperti inikah beliau hidup demi anak anaknya?segera saja saya
membantu pak tua tersebut, saya dorong dari belakang sekuat tenaga, dan pak tua
menarik gerobaknya dengan setitik tenaga yang dimilikinya saat itu, syukur
alhamdulillah gerobak pak tua berhasil melewati jalan tersebut, banyak
terimakasih yang dia lontarkannya, karena hanya itulah ucapan yang menurut saya
adalah cermin hidup betapa keras jika ingin hidup.
Keringat belum
kering dibadan, jarak sudah menanti pak tua untuk mengantarkan sampah ke
pembuangan akhir, jalan yang berlubang, kerikil, mungkin sudah akrab dengan
kaki pak tua yang mulai rapuh. Seperti itulah hari hari pak tua dengan gerobak
sampahnya, jika keringat masi bisa menetes disitulah rezeki wajib kita jemput,
meminta bukanlah pekerjaan yang layak untuk hidup, mungkin itu kutipan kata
dari pak tua yang terucap bersama angin ketika sedang bergurau waktu saya
seusai membantunya, subhanallah, kakek setua ini masi saja bekerja untuk anak
dan istrinya hanya untuk menjaga agar ia tidak meminta kepada sesama manusia .
hanya allah lah yang pantas untuk meminta dan mengadu dimanapun kita berada,
bersyukurlah atas rezeki yang kita peroleh hari ini karna dengan bersyukur
membuat hidup kita lebih luas, banyak
pelajaran yang bisa saya ambil dari pak tua, contohnya peduli lingkungan,
malukah kita jika membuang sampah dijalan ? sedangankan petugas kebersihannya
adalah orang yang jauh lebih tua dari kita? Pantaskah kita lelah akan hidup? Jika
seorang pak tua mampu menarik bebaan seratus kali lipat disetiap harinya? Sudahkah
kita bersyukur atas rezeki yang kita dapat hari ini? Senyum pak tua banyak
memberikan dampak positiv buat diri saya bahwa kehidupan adalah aliran sungai
yang buas jika kita lengah sedetik didalamnya, maka hargailah hidup kita,
terimakasih pak tua atas inspirasinya..
Sekian.